Hanum dan Kinan
Kinan bercita-cita menjadi dokter. Tetapi, sampai dengan umur 12 tahun, Kinan dan Hanum, saudara kembarnya, belum bisa membaca dan menulis. Mereka sebenarnya pernah bersekolah, namun harus putus sekolah karena keterbatasan fisik. Putri kembar, anak dari pasangan Andi Kurniawan dan Novi Natalia Irawati ini menderita Cerebral palsy atau layuh otak. Keadaan ini menyebabkan gangguan pada gerakan dan koordinasi tubuh. Saat ini mereka belum dapat mengikuti terapi karena keterbatasan penghasilan. Sang ayah hanyalah buruh harian dan saat dia tidak bekerja karena sakit, tentulah tidak ada penghasilan hari itu..
Sedangkan sang ibu adalah seorang guru honorer dengan penghasilan yang juga minim. Untuk menjalani terapi, mereka sebenarnya sudah mendapat fasilitas BPJS kelas 3. Akan tetapi mereka harus menempuh perjalanan sejauh 35 km dari rumah ke RSUD di Wonogiri. Mereka biasanya berboncengan berempat naik sepeda motor. Namun pada masa pandemi ini, mereka berhenti menjalani terapi. Dengan bertambahnya usia, si kembar ini membutuhkan kursi roda untuk mempermudah aktivitas fisik mereka. Akan tetapi bukan kursi roda biasa. Mereka membutuhkan kursi roda yang dirancang khusus bagi anak dengan Cerebral palsy .
Dengan adanya kursi roda itu juga akan mempermudah mereka untuk melanjutkan terapi untuk mengoptimalkan fungsi motoric, kinetik dan juga kognitif mereka. Untuk itu mereka juga membutuhkan dukungan transportasi menuju rumah sakit. Kinan dan Hanum juga membutuhkan pendampingan untuk pendidikan mereka. Bersama-sama kita dapat menyemangati Kinan dan Hanum supaya dapat hidup mandiri. Mereka tidak menyerah dan tidak berputus asa.